Kesetaraan Gender, Perlukah ?

by - Februari 24, 2020

Secara kodrat wanita dan pria memang berbeda, namun hal itu ga lantas membuat kita perempuan berada dibawah pria. Perempuan diciptakan untuk mendampingi pria, berjalan beriringan disamping pria bukan dibelakangnya. Bahkan Islam dan saya yakin agama lain juga, memuliakan dan mengistimewakan perempuan.

Bicara kesetaraan gender sama dengan bicara tentang bagaimana memberikan peluang atau kesempatan bagi perempuan dan laki-laki agar memiliki peluang yang sama.

Ngomong-ngomong kesetaraan gender, tau ga sih berapa peringkat Indonesia didunia untuk masalah ini? Dari 153 negara yang diukur, Indonesia berada diperingkat ke 85 kalah jauh dari Philipina yang berada diperingkat ke 16 dunia dalam hal kesetaraan gender.

source : https://www.weforum.org/reports/gender-gap-2020-report-100-years-pay-equality

Saat ini kita sedang berjuang untuk memperbaikinya, affirmative actionnya sih masih baru dalam bentuk undang-undang pemilihan umum dan partai politik. Sebenarnya untuk urusan partai politik sudah diatur dalam UU no.2 tahun 2008 yang mengamanahkan partai politik untuk menyertakan 30% dari anggotanya adalah perempuan sebagai salah satu syarat untuk bisa mengikuti PEMILU. Bahkan dalam UU No.10 tahun 2008 ayat 2 menyebutkan dalam setiap 3 bakal calon legislatif salah satunya adalah perempuan. Diawal penerapannya sih kalau saya lihat dan baca masih belum maksimal datpi di PEMILU legislatif terakhir penerapannya sudah semakin membaik, terbukti dengan semakin banyaknya caleg dan anggota dewan yang duduk mewakili rakyat adalah perempuan.


4 Indikator yang Harus Diperbaiki

1. Akses Pendidikan 

Kalau dibilang pendidikan di Indonesia sudah merata ya saya akui saat ini memang jauh perbedaannya dimasa lalu. Namun dibeberapa daerah pendidikan hanya menjadi syarat saja, asal bisa baca dan tulis sudah cukup, khususnya bagi perempuan. Masih banyak orang tua yang membatasi pendidikan anak perempuannya hanya sampai pendidikan menengah saja, bahkan tak jarang yang menikahkan anaknya ketika si anak gadis seharusnya masih berhak untuk mengenyam pendidikan. Entah itu karena faktor budaya atau desakan ekonomi. Dan sang anak pun tak mampu melawan keinginan orang tuanya karena terbentur oleh adat, budaya dan takut durhaka.

Bukan hanya dalam pendidikan dasar dan menengah saja, dalam dunia akademis yang lebih tinggi, misalnya untuk mejadi ilmuwan atau meraih gelar doktor seorang perempuan acap kali mengalami dilema, apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Padahal pada hakikatnya kehidupan berumah tangga dan hak untuk memperoleh pendidikan bagi laki-laki dan perempuan adalah sama tanpa harus meninggalkan kodrat masing-masing baik sebagai suami ataupun istri.

2. Akses Kesehatan 

Akses kesehatan khususnya kesehatan reproduksi, apakah masih tinggi angka kematian ibu pada saat melahirkan

3. Akses untuk memperoleh kesempatan kerja

Bukan hanya sekedar kesempatan kerja level2 tertentu tapi sampai level pengambil keputusan. dibawah sangat banyak tapi begitu pada tahapan level pengambil keputusan bisa dihitung jari

4. aspek politik

Representasi perempuan dalam andil diranah politik berapa tingginya

Jika 4 indikator ini sudah mendekati sama, peluang kesempatannya sama, tidak dipersolakan, profesionalisme tidak dilihat dari jenis kelamin berarti kesetaraan atau tingkat persamaan gendernya sudah bagus.

Upaya-upaya Menuju Kesetaraan Gender yang Baik

perjuangan kita yang sangat berat pada ideologi patriaki yang belum bisa lepasdari mindset atau kultur masyarakat kita, bahwa perempuan itu dianggap sebagai konco wingking, perempuan itu harus mengalah dsb oleh karena kalau kita mue kearah ana harus mendobrak ideologi patriaki itu dari pendidikan keluarga. karena yang paling bagus adalah dari keluarga, kalau dari keluarga sudah ditanamkan egaliter demokrasi, memberikan ruang yang sama pada anak laki dan perempuan, suami dan istri punya hak dan kewajiban yang sama sebagai orang tua ketika dirumah terbentuk iklim kesempatan kesetaraan gender nantinya akan terbawa dalam masyarakat.

Jangan bicara dan serahkan semuanya pada pemerintah, itu tanggung jawab kita semua. kalau didalam keluarga saja kita belum berhasil keluar dari mindset itu, kita akan susah 

You May Also Like

0 komentar