Sinergi Akal, Fisik, dan Sosial

by - Desember 17, 2018

Hai para orang tua milenial, sudahkah kalian berinteraksi dengan buah hati kita dirumah? Sudahkah kita memantau tumbuh kembang anak-anak kita, apakah sudah sesuai dengan tahapan usianya?

Serius lho itu saya nanyanya, karena kita saat inin sebenarnya sudah sangat dimudahkan dengan teknologi. Kita bisa banget memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita lewat teknologi, tapi kita sering keblinger karena kemudahan ini. 


Kemarin nih, bertempat di Society Complex saya dan juga beberapa moms lainnya di Surabaya belajar bareng "Apa itu Sinergisme Akal, Fisik, dan Sosial" yang pagi itu dibawakan oleh Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) atau yang biasa kita sebut dokter Wawan. Beliau ini adalah  ketua UKK Tumbuh Kembang – Pediatri Sosial IDAI, dan kita nih merasa beruntung banget karena nih ya biasanya kita kudu janjian dulu 6 bulan sebelumnya kalau mau konsultasi sama beliau.

Dokter Wawan memaparkan bahwa setiap tahapan usia anak pastinya akan menunjukkan perubahan yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya perkembangan anak adalah sinergi antara aktivitas fisik dan juga interaksi dengan lingkungan sekitar. Nah, hal inilah yang akan membentuk 4 aspek perkembangan dasar yaitu :
  • Motorik kasar
  • Motorik halus
  • Aspek bicara-bahasa 
  • Aspek sosial-kemandirian

Sinergisme antara keempat aspek dasar perkembangan dalam kehidupan sehari-hari inilah akan nampak sebagai kemampuan anak dalam hal Aksi, Fisik, dan Sosial. 

Mengapa diperlukan sinergi Akal, Fisik, dan Sosial ?

Karena ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan dan berdiri sendiri, seperti yang kita ketahui bersama bahwa suatu kepintaran tertentu akan membutuhkan kepintaran yang lain sehingga anak diharapkan menguasai ketiga jenis kepintaran tersebut dengan seimbang dan sama baiknya.

Namun hal itu perlu komitmen kita sebagai orang tua, secara berkesinambunga kita harus terus memantau sejauh mana sinergisme ketiga jenis kepintaran tersebut. Secara alami kita bisa memantau perkembangan anak kita, misalnya lewat permainan, saat memandikan, bahkan saay memberi makan. Selain itu kita juga harus mendokumentasikan secara rutin tumbuh kembang mereka, bisa lewat buku KMS yang setiap bulan selalu kita bawa ke Puskesmas atau saat memeriksakan anak ke dokternya.

Sebagai orang tua, kita harus mengetahui kapasitas anak kita karena kemampuan satu anak dengan yang lainnya pasti berbeda. Jadi, perlakukan anak kita sesuai dengan tahapan usianya dan jangan pernah membandingkan dengan anak lain termasuk saudaranya. 

Dan inilah yang akan dirasakan otak anak kita dalam tahap tumbuh kembangnya :

0-6 bulan : I am what I feel
6 bulan - 3 tahun : I am what I will
3-6 tahun : I am what I can imagine
6-12 tahun : I am what I learn 
12-18 tahun : I am what I am 

Setelah seru-seruan dengan dokter Wawan lewat pemaparan dan juga sesi tanya jawab, kami juga bertemu dengan Margie yang cantik banget padahal udah punya 2 putra lho tapi badannya eehmmm bikin ngiri moms yang kemarin hadir. Siang itu Margie datang dengan Mario, putra pertamanya yang sudah berusia 2 tahun 9 bulan. Anak keduanya juga laki masih usia 6 bulan namanya Louis. Mario yang siang itu sedikit cranky tapi lucu juga respondnya saat ditanya. Dan meskipun dia agak bete tapi apapun pertanyaan yang diberikan dia selalu jawab lho.

Margie juga menceritakan sesibuk-sibuknya dia dan suami, mereka akan selalu ada untuk buah hati mereka. Dia juga bilang bahwa tidak perlu hal-hal yang mewah untuk mengajarkan anak, cukup dari kegiatan sehari-hari seperti makan bersama atau memainkan apa saja yang ada didalam rumah asalkan dilakukan dengan kedua orang tua.


Oh iya, pagi itu kami juga berkesempatan nih mencoba yang namanya Kalkulator Aksi Fisik Sosial alias Kalkulator AFS yang ada di websitenya www.parentingclub.co.id Disana nantinya akan ada beberapa pertanyaan dan kita harus mengisi dengan yang sebenarnya agar bisa mendapatkan hasil yang real juga. Program ini diciptakan juga bekerjasama dengan dokter Wawan, namun indikator ini bukanlah acuan utama. Apapun hasilnya kita sebagai orang tualah yang paling mengerti buah hati kita, tapi jika kita merasa ada sesuatu yang belum on track pada anak kita jangan pernah ragu untuk datang ke ahlinya.

Dan, acaranya ditutup dengan workshop membuat boneka dari kaos kaki. 

You May Also Like

0 komentar