Begini respon yang sebaiknya dilakukan orang tua saat mengetahui anaknya berbohong

by - November 11, 2016

Cerita suatu sore saat saya pulang kerja, sambil memperlihatkan kuku tangannya yang (kata orang jawa) guntingnya ke ngepok en Ara bilang begini :

Ara      : “Aduhhh jariku sakit ami”
Saya    :“Kenapa nak?”
Ara      : “Iya tadi kukuku dipotongin sama Ustadzah”
Saya    : “Lho, kan kukunya mbak Ara sudah bersih dan pendek, kenapa masih digunting sama Ustadzah? Ya sudah besok ami ngomong sama Ustadzah ya nak”

Beberapa menit kemudian

Ara      : “Ami bukan Ustadzah yang potongin kukuku tapi Arjun”
Saya    : “ Lho kok bisa? Pakai apa?
Ara      : “Pakai gunting yang buat motong kertas”
Saya    : “Mbak Ara kok mau kukunya digunting temannya? Kalau kena jarinya terus berdarah gimana? Besok ami bilangin ke Ustadzah ya biar mamanya Arjun dikasih tau”
Ara      : “Oohhh bukan bukan, bukan Arjun tapi Vano”

Waduhh (sambil garuk-garuk kepala) yang seperti ini saya lumayan sering temuin, Ara berbohong untuk hal-hal tertentu yang mungkin menurut dia saya pasti akan marah kalau dia jujur. Memang awal-awal saya selalu meledak begitu mendengar cerita bohongnya, tapi seiring waktu saya mulai belajar kenapa sih anak saya ini suka menceritakan hal-hal yang tidak sebenarnya pada saya? Apakah saya galak? Apakah intonasi suara saya membuat dia tidak nyaman?

Dan ternyata jawabannya IYA, disitu saya merasa sedih. Oalah ternyata saya galak ya, ternyata anak saya tidak nyaman ya saat berbicara jujur pada saya. Setelah saya banyak membaca litelatur, banyak curhat kesana kemari tentang tumbuh kembang anak, lambat laun sikap saya perlahan juga bisa berubah. Jadi, buat ayah dan bunda yang anaknya saat ini masih suka berbohong, jangan galau yaa, belajar dulu kekurangan diri kita dan jangan selalu menyalahkan anak.

Sebenarnya fase usia berbohong pada anak itu antara 6-10 tahun atau biasa disebut Kids Lying. Tenang aja, kids lying ini bukan kebiasaan kok bahkan wajar terjadi pada anak-anak. Pada fase ini seorang anak belajar berbohong sebagai bentuk mempertahankan dirinya. Biasanya hal ini terjadi pada situasi yang mendesak dan si anak takut dimarahi orangtua nya. Tapi dengan adanya kids lying ini si anak juga akan lebih terasah kemampuan problem solvingnya, dengan catatan tidak terus menerus hingga jadi kebiasaan yaa. Kita sebagai orang tua juga harus peka membaca anak kita, apakah yang dia katakan itu benar adanya ataukah dia sedang menyembunyikan sesuatu.

Lantas apa donk yang harus saya lakukan saat mengetahui bahwa anak saya sedang berbohong?

Yang pasti sikap kita harus tenang dulu, emosi itu manusiawi tapi harus terkontrol ya. Nah saat kita menangkap basah anak kita sedang berbohong, terima saja dulu, dengarkan semua “cerita” versi dirinya. Setelah itu gali informasi dari sumber-sumber lain kalau perlu, jika memang kenyataannya anak kita berbohong, ajak lagi dia berbicara. Dan jangan pernah mengucapkan kalimat “Kamu bohong ya??” bisa-bisa si anak makin menjadi bohongnya, karangan indahnya semakin berkembang kemana-mana.

Misalnya dia dapat nilai ulangan jelek, bu gurunya mewajibkan orang tua menandatangani kertas ujian yang sudah ada nilainya tadi. Karena takut kita marahi, si anak biasanya akan mencari orang yang lebih cuek terhadap dirinya, misalnya ke kakek atau neneknya. Oh iya, saya dulu pernah juga melakukan kids lying, nilai ujian saya tanda tangani sendiri akhirnya ketauan juga sama bu guru dan besoknya ibu saya dipanggil ke sekolah. Anyway yukk kembali ke masa sekarang, kalau anak kita ketahuan bohong nih masalah nilai ujian kita ajak bicara saja dia. Kita bilang kalau tidak masalah nilai kamu jelek, itu berarti adek kurang belajarnya. Kalau adek mau dapat nilai bagus ya belajarnya harus ditingkatkan lagi, kurangi waktu mainnya ya nak jadi lain kali kalau ada ujian nilainya bisa bagus.

Yakin deh, anak kita pasti lebih semangat belajarnya ketimbang setelah kita omeli karena nilai ujianya jelek ditambah ketahuan berbohong. Apalagi diusia sekolah dasar dimana seorang anak mulai membangun pribadinya, kita harus benar-benar memahami perkembangannya. Ditambah saya sebagai ibu yang juga bekerja, harus pintar mencuri waktu untuk bisa berinteraksi dengan anak. Dekat dengan anak bukan berarti 24 jam 7 hari selalu “ngintili” yaa, bukan. Dekat dengan anak berarti kita memahami pribadinya, keinginannya, dan kebutuhannya.

Intinya, jadilah sahabatnya, jadilah orang yang paling bisa membuat anak kita nyaman berbicara niscaya tidak akan ada kebohongan yang akan dilakukan oleh anak kita. Dan satu lagi, berilah contoh yang baik, jangan berbohong kalau tidak mau dibohongi.


Happy Parenting ^_^


You May Also Like

0 komentar