A Monster Calls : Jangan Menilai Sebuah Film Dari Judulnya
Senangnya sudah Sabtu lagi,
artinya saya bisa menghabiskan hari dengan Ara. Kebetulan hari ini abi sedang
ada pekerjaan yang mewajibkan untuk lembur. Dan untuk mengisi hari, saya dan
Ara menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke Tunjungan Plasa.
Seperti biasa, kalau ke mall kami
pasti mampir ke toko buku dan Gramedia jadi tujuan pertama kami hari itu. Ara
beli buku mewarnai dan sekotak crayon yang dia pilih sendiri. Karena waktu
masih menunjukkan jam 13.30 dan masih 4 jam lagi menuju jam 6 sore saya
menawarkan ke Ara, yuk nak kita nonton bioskop. Dan dia kegirangan banget. Nah,
nyampe di Tunjungan XXI giliran saya yang bingung banget, kok gak ada film yang
ratingnya anak-anak? Dan hanya ada 1 film yang ratingnya remaja dimana saya gak
tau ini film alur ceritanya seperti apa, pemainnya siapa. Ya sudah, kepalang
tanggung akhirnya saya pilih hari ini kami nonton film yang judulnya “ A
Monster Calls “ Untungnya kok pas lagi ada promo setiap hari Sabtu pembayaran
dengan kartu kredit BCA bisa beli dengan program Buy 1 get 1 free.
Alhamdulillah yaa bisa hemat Rp 60.000
45 menit lagi film baru dimulai,
untuk mengisi waktu Ara mewarnai buku yang tadi kami beli. Sekitar jam 14.30
studio sudah dibuka lalu kami bergegas masuk kedalam. Didalam ada yang jualan
popocorn, awalnya si mbak langsung nyodorin yang paketan Rp 25.000 saya
langsung tolak dan langsung aja nembak yang paket harga Rp 15.000 yang isinya
Popcorn salted ukuran kecil dan ice tea / soda ukuran kecil. Gak pake nanya mau
apa, si mbak langsung aja kasihnya Sprite tanpa tanya maunya apa, hadehh untung
hari itu Ara gak rewel.
Awal film dimulai dengan mimpi
seorang anak laki-laki yang kalau dibilang anak ya sudah besar tapi kalau
dibilang dewasa ya belum juga. Namanya Conor O’Malley, diperankan oleh Lewis
MacDougall yang jujur saja saya belum pernah lihat acting anak ini sebelumnya.
Conor yang berusia 12 tahun ini tinggal berdua saja dengan ibunya ( diperankan
oleh Felicity Jones) yang menderita penyakit yang gak disebutkan sih di film
ini, tapi menurut saya sih kanker karena si ibu harus menjalani kemoterapi dan
rambutnya juga rontok. Sementara sang ayah ( Toby Kebbell ) tinggal di Amerika dengan
istri dan anaknya karena orangtua Connor sudah bercerai.
Di sekolah Connor sering di bully
oleh 3 orang temannya sehingga rasa percaya diri anak ini semakin berkurang.
Suatu malam dia mengalami semacam fantasi, tepat jam 12.07 seakan-akan ada
angina besar lalu sebuah pohon Yew besar yang ada diseberang rumah Connor yang
ada ditengah-tengah pemakaman tiba-tiba menjelma menjadi raksasa yang bisa
bergerak dan berbicara. Connor dijanjikan akan diajak untuk mengalami 3 kisah
dari si Monster Pohon ( suaranya diisi oleh Liam Neeson, dimana dalam film ini
juga ternyata adalah kakek Connor ) dan 1 kisah yang harus diceritakan Connor
pada si Monster pohon.
Cerita pertama terjadi saat
dirumah Connor, kisah tentang seorang pangeran yang istrinya terbunuh dibawah
pohon Yew karena sang ibu tiri menginginkan dia menjadi suaminya.
Suatu saat neneknya Connor (Sigourney Weaver ) datang ke rumah dan
membawakan beberapa wig untuk ibunya sambil menawarkan agar mereka pindah saja
kerumahnya. Karena keadaan ibunya yang semakin memburuk dan harus dirawat
dirumah sakit, Connor terpaksa harus tinggal di rumah neneknya.
Kisah kedua dimulai dirumah sang
nenek, dimana saat itu Connor berada diruang keluarga. Didalam fantasinya, Si
Monster Pohon mengajak Connor kedalam sebuah cerita tentang seorang ahli obat
yang tidak mau mengobati anak seorang pendeta karena sang pendeta rela
menukarkan kepercayaannya asalkan anak-anaknya sembuh. Dalam cerita kedua itu
Si Monster Pohon mengajak Connor untuk menghancurkan rumah sang pendeta. Dan
ternyata, setelah Connor sadar kenyataannya yang dia hancurkan bukanlah rumah
sang pendeta melainkan seluruh perabotan diruang keluarga rumah neneknya,
termasuk jam kesayangan sang nenek.
Cerita ketiga terjadi di kantin
sekolah, saat itu Connor tengah makan dan dia didatangi temannya yang suka
membully ( James Melville ). Dia bilang kalau dia tidak akan mengganggu Connor
lagi dan akan menganggap Connor tidak ada. Jam 12.07 siang tepat saat itu dan
Si Monster Pohon tiba-tiba datang dan ngomporin Connor “ Apakah kamu mau
dianggap tidak terlihat?” Terbakar emosi Connor lantas mengejar temannya tadi
dan langsung memukulinya sampai anak tersebut masuk rumah sakit.
Oh iya, ibunya Connor mendapatkan
metode pengobatan baru yang katanya obatnya terbuat dari ekstrak pohon Yew.
Wah, Connor senang banget karena dia pikir mungkin semua yang dialaminya adalah
pertanda bahwa ibunya akan sembuh dari pengobatan pohon Yew. Ternyata
pengobatannya tidak berhasil, penyakit ibunya semakin parah. Dengan marah
Connor mendatangi pohon Yew besar tadi, dan si pohon tiba-tiba hidup dan
memaksa Connor untuk menceritakan 1 keinginannya.
Tiba-tiba mimpi buruk yang selama
ini dialaminya terjadi, seakan-akan sang ibu tenggelam kedalam bumi dan dia
tidak bisa menggapainya. Setelah dipaksa berkali-kali Connor akhirnya mengakui
bahwa keinginannya adalah semua ini segera berakhir. Karena kelelahan Connor
sampai ketiduran dibawah pohon.
Sang nenek lantas menemukannya
dan segera mengajaknya ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa sang nenek bawa
mobil, sampai di perlintasan kereta api mereka akhirnya bicara. Disini saya dan
mungkin banyak penonton di studio waktu itu meneteskan air mata. Nenek dan
seorang anak lelaki yang sama-sama menanggung beban emosi saling curhat dan
berpelukan. Saya sampai sembunyi-sembunyi nangisnya, kalau ketahuan Ara dia
pasti tanya nya panjang kali lebar.
Sampai di rumah sakit mereka
langsung masuk ke kamar sang ibu, ya Allah kasian banget lihat kondisinya.
Badannya kurus tinggal tulang, matanya cekung, rambutnya sudah hampir habis.
Ini saya nangis untuk kedua kalinya, saat Connor memeluk ibunya.
Memang sih gak diceritakan entah
ibunya meninggal atau belum, tapi di alur berikutnya Connor sudah dirumah
neneknya dan dia diberi kamar yang dulu ditempati ibunya. Saat Connor memasuki
kamar ibunya, dia melihat diatas meja gambar ada sebuah buku sketsa. Ternyata
didalamnya ada coretan-coretan sketsa yang dibuat saat ibunya masih kecil. Dan
betapa kagetnya Connor, karena ternyata ibunya menggambar si Manusia Pohon yang
sedang menggendong ibunya diatas bahunya.
Film ini alur ceritanya sederhana
namun sarat akan makna, terutama untuk anak-anak remaja dimana saat ini banyak
terjadi bullying. Anak-anak harus berani mengungkapkan apa yang mereka rasakan
dn pikirkan. Yah, mungkin Ara belum mengerti jalan ceritanya namun sedikit
banyak setelah menonton film ini dia paham bahwa berkata jujur adalah baik.
0 komentar