Life is always TO BE it never FINISH
Aku tau dibalik tawamu ada airmata
Aku tau dibalik kesombonganmu ada duka
Aku tau sebenarnya hatimu menangis,
jiwamu menjerit
Banyak orang termasuk ami ingin
selalu terlebih “lebih” saat berbicara dengan teman, saudara bahkan terkadang
dengan orang yang tidak dikenal. Dalam hidup, ami mengenal 2 orang yang sudah
ami anggap sebagai sahabat. Kalau orang lain mahh ngomong sama mereka udah
panas kali yaa kupingnya, istilah kata gak mau dikalahi padahal ami gak pernah
menyombongkan atau mengunggulkan sesuatu ( menurut ami lhoo ) tapi apa yang ami
utarakan selalu dipatahkan oleh dia. Biarlah kalau orangnya baca ngerasa juga
gak apa J
Memang ami bukan orang yang
khusus mempelajari psikologi, tapi sindrom seperti ini biasanya menunjukkan
seseorang yang sebenarnya “lemah” namun dia membuat topeng dan tameng
seolah-olah dia kuat, dia hebat, dia unggul dalam segala hal. Ami termasuk tipe
orang yang diam, ngalah aja lahh toh ami juga tahu kenyataannya seperti apa.
Buat apa membuat musuh lebih baik memupuk persaudaraan saja. Tapi kalau orang
lain mungkin, ini mungkin lho yaa, pasti akan marah dan gak bakalan mau
deket-deket dia lagi. Terbukti, dulu kami punya satu teman, jujur aja
dua-duanya sama sifatnya gak mau kalah. Kalo api ketemu api ya jadi kebakaran,
salah satunya harus jadi air jangan malah jadi angin. Istilah orang Jawa
“ngelendek ae jupuk en ngisore” filsafah itu yang selalu ami pakai dalam hidup,
meskipun terkadang kebablasan malah di bully sama orang hahahaha
Ami hanya merasa apa yang harus
ami lakukan? Apa ami harus diam saja melihat dia membangun benteng dibalik
kerapuhannya? Abi sering bilang, coba kamu lihat suatu saat sahabatmu itu akan
hancur, kalau kamu biarkan dia tetap membangun benteng dibalik kerapuhannya.
Secara literatur psikologi bisa
disebut sebagai sindrom ECCEDENTESIAST yaitu suatu istilah untuk seseorang yang menyembunyikan perasaan
sakit mereka dibalik senyumannya. Saat seseorang mengalami trauma dalam
hidupnya, alam bawah sadarnya menolak rasa sakit itu. Mereka membuat sebuah
“cerita” agar orang lain tidak tahu kedukaan dalam hidupnya. Biasanya orang itu
membuat benteng atau boleh lah dibilang membual.
Ami yakin dia akan marah kalau
ami bilang “ah, kamu membual aja” tapi apa ami harus diam saja melihat lambat
laun dia semakin rapuh dan akhirnya hancur?
Karena Hidup adalah “TO BE” dan
tidak pernah “FINISH” tetaplah kuat apapun yang terjadi karena Allah tidak akan
memberi cobaan diluar batas kemampuan ummat Nya. Dan ingat, masih ada ami
disini as your shoulder to cry on.
0 komentar