Minggu itu kami sekeluarga
berniat untuk sejenak berwisata, karena ibu sedang tidak enak badan maka saya
dan suami memutuskan untuk wisata kesehatan saja. Mau ke Pacet sudah bosan,
akhirnya kami memutuskan untuk mencoba ke pemandian air panas Cangar yang
lokasinya cukup dekat dengan rumah.
Dari Krian kami berkendara ke
arah Pacet-Mojokerto, dengan jarak sekitar 44 km kami melalui jalur berliku
alternative ke kota Batu. Karena saat itu long weekend ( bagi yang cuti bersama
di hari Senin, tapi tidak bagi saya ) jalur ini cukup padat dilalui berbagai
kendaraan. Dan pastinya bau kampas rem menghiasi perjalanan kami pagi itu, saya
sering lihat keluarga-keluarga yang berjalan disisi jalan karena mobil yang
mereka tumpangi tidak kuat nanjak.
Lokasi wisata ini berada dikaki
gunung Welirang tepatnya dikawasan Taman Hutan Rakyat ( TAHURA ) R.Soerjo di
desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji kota Batu. Kalau mendengar kota Batu pasti
identiknya dengan udara yang cukup
dingin, begitu pula disini.
Tiket masuk untuk wisatawan lokal
Rp 10.000,- per orang, anak dibawah 5 tahun gratis. Sedangkan wisatawan asing
Rp 25.000,- per orang. Selain tiket masuk kita juga diwajibkan membayar Iuran
Pembangunan Desa Rp 300,- per orang dan premi asuransi PT.Jasaraharja Putera
sebesar Rp 200,- per orang. Karena pagi itu kami mengendarai mobil kami juga
harus membayar biaya parkir Rp 5.000,- sedangkan kalau menggunakan motor parkir
cukup bayar Rp 3.000,- Disini ada 2 lokasi parkir yaitu diatas dan dibawah,
namun hingga saat ini saya belum mendapat informasi adanya transportasi umum
yang melewati tempat wisata ini.
Memasuki area wisata kami
langsung menuju ke sumber air panas, saya kira seperti di Pacet yang banyak
penjual sayur, buah atau makanan namun disini berbeda. Didalam area pemandian
saya lihat ada beberapa kolam air panas yang hari itu sudah dipadati
pengunjung. Pria, wanita, anak-anak, sampai kakek nenek tumplek bleg jadi satu
disana. Awalnya ibu masuk disalah satu kolam yang ada, katanya airnya panas
banget. Tapi karena Ara minta berenang saya dan suami pisahan, abi nemenin Ara
berenang di kolam renang yang ada. Disediakan 2 area kolam renang dengan biaya
masuk Rp 5.000 per orang.
Saya lihat didekat kolam renang ada
area khusus wanita, saya ajak ibu kesana karena saya agak risih kalau gak ada
abi yang nemenin. Ternyata didalam sana juga sudah penuh, clingak clinguk saya
cari dimana tempat penitipan barang? Ternyata tidak ada, jadinya barang-barang
saya taruh dipinggir yang kering dan terlihat jangkauan mata. Ya Allah ternyata
lumutnya buanyakk banget ( lebay yaa, tapi memang banyak sekali ) Awalnya saya
jijik mau masuk, tapi saya sudah berniat mau menemani ibu ya sudah akhirnya
dengan berat hati saya masuk juga.
Selesai berendam saya cari kamar
ganti, ternyata di area khusus wanita hanya ada 1 dan itu ngantrinya minta
ampun. Diluar saya juga lihat ada beberapa kamar ganti yang disediakan dengan
membayar Rp 2.000,- per orang yang sama juga ngantrinya. Dan yang seharusnya
area khusus wanita tidak sebenarnya khusus wanita, masih saya lihat banyak pria
clingak clinguk entah cari istrinya atau emang sengaja mau ngintip yaa yang
membuat para wanita disana gak nyaman karena banyak juga wanita yang ganti
pakaian disudut-sudut yang gak betah ngantri lama, termasuk saya.
Selesai berendam abi melihat ada
penjual Tape Ireng ( Ketan hitam yang difermentasi menjadi tape ) karena
penasaran abi beli 1 porsi, isinya tidak hanya tape ireng plus air tape tapi
didalamnya juga ada 3 potong lupis ( ketan yang dibentuk seperti lontong dan
dipotong-potong juga seperti lontong ) harga 1 piring Rp 5.000,- dan kalau mau
beli tape ketan ireng dalam botol bisa juga, harganya Rp 10.000,- per botol
tapi kalau beli 2 botol diberi harga Rp 15.000,- Selain itu ada juga stan yang
menjual makanan serta gorengan, karena waktu itu kami bawa makan sendiri ya
udah gak jajan deh disana.
Sampai dirumah kami semua
langsung mandi, keramas, pakai sabun dari ujung kepala sampai ujung kaki plus
bilas pakai Carex. Dan pagi ini saya sama abi gatal-gatal, abi sampai harus minum incidal karena gak tahan sama gatalnya. Entah itu hanya
sugesti atau memang karena kolam air panas yang kami masuki kemarin kotor dan
tidak layak. Ibu juga bilang dasar lantainya licin sekali, beberapa kali beliau
hampir tergelincir. Bayangkan kalau ada orang tua yang berniat menghilangkan
penat dan rasa sakit disana malah jadi celaka, na'udzubillahimindzalik.
Bagi saya yang pertama kali
berkunjung kesana rasanya gak ingin mengunjungi untuk kedua kali atau
merekomendasikan ke teman maupun saudara. Gak layak sih menurut saya disebut
wisata kesehatan, lumutnya itu lho sampai ngambang-ngambang ( jawa : mengapung
) dan karena untuk menuju ke kolam masih tanah liat jadinya ketika masuk
kedalam kolam kaki pastinya kotor banget. Belum lagi banyaknya sampah makanan disekitar
kolam yang membuat bau dan kotor.
Semoga pemerintah kota Batu lebih
memperhatikan salah satu asset wisatanya, apalagi pengunjung juga bayar lho
harusnya fasilitas yang disediakan dijaga dan dipelihara. Sampai-sampai kata
Ara kok banyak rumah hantunya ya ami?? Jika sudah ada perubahan saya diinfo
yaa, mungkin saya akan berpikir lagi untuk bisa kembali kesana.